Jumat, 26 November 2010

Arti Asmaul husnah

                                                          Arti Asmaul Husnah


JUMLAH ASMA ULHUSNA
Assalamu’alaykum Wr. Wb.
Benarkah jumlah asma-ul-Husna adl 99 ?
Al-Qur’an tidak berbicara apa-apa menyangkut jumlah nama-nama Tuhan yg dikenal dgn istilah asmaul-husna adapun keterangan yg menyebutkan jumlahnya sebanyak sembilan puluh sembilan hanya bisa didapati dari sejumlah Hadis Nabi seperti :
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama
barangsiapa hafal mencakup keseluruhannya dia masuk syurga. - Hadis riwayat Bukhari
Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama barangsiapa memeliharanya dia masuk syurga. – Hadis riwayat Turmudzi dari Abu hurairah
Selain kedua riwayat diatas Ibnu Majah yg juga salah seorang periwayat hadis terkenal telah meriwayatkan jumlah asmaul-husna sampai 114 nama . Begitu juga dgn Imam Thabrani yg meriwayatkan sampai 130 nama sementara al-Qurtubhy menyebutkan hanya sampai 117 nama saja(1).
Mengomentari adanya perbedaan dalam jumlah asmaul-husna itu menurut Imam Baihaqi lbh disebabkan adanya campur tangan dari perawi hadist itu sendiri baik berupa pendapat pribadi penambahan ataupun pengurangannya.
Dengan demikian secara global bisa kita katakan bahwa Tuhan memiliki asma-ulhusna yg tidak akan bisa tergenggam dalam suatu cakupan dan tidak terbatas dalam hitungan krn secara alamiah kesemua sifat-Nya telah terbentang didalam tiap bentuk ciptaan-Nya diseluruh semesta raya.
Katakanlah : Jika laut menjadi tinta utk kalimat-kalimat Tuhanku pasti akan habis laut itu sebelum usai kalimat-kalimat Tuhanku meskipun kita datangkan tambahan sebanyak itu juga ! - Qs. 18 al-kahf : 109
Nama-nama Tuhan berfungsi sebagai perantara Tuhan dgn alam ciptaan-Nya agar semua ciptaan-Nya tersebut kenal dgn diri-Nya dan bisa memanggil-Nya jadi dalam hal ini tiap nama-nama-Nya haruslah dipahami sebagai cara Tuhan menjalin hubungan dgn hasil kreasi-Nya .
Didalam salah satu do’anya Nabi Muhammad berkata :
Aku memohon kepada-Mu dgn tiap nama yg Engkau miliki Engkau menamakannya utk diri-Mu atau nama yg telah Engkau turunkan dalam kitab-Mu atau yg telah Engkau ajarkan kepada seorang diantara makhluk-Mu atau yg Engkau punyai dalam ilmu ghaib disisi-Mu. - Hadis riwayat Ahmad dan Ibnu Hibban
Berikut variasi asma-ul-husna dari versi orang yg meriwayatkannya :
99 ASMA-UL-HUSNA MENURUT VERSI BUKHARI TURMUDZI
1. ar-Rohman Maha Pengasih
2. ar-Rohim Maha Penyayang
3. al-Malik Maha Merajai
4. al-Quddus Maha Suci
5. as-Salam Maha Penyelamat
6. al-Mukmin Maha Mengamankan
7. al-Muhaimin Maha Pembela
8. al-Aziz Maha Mulia
9. al-Jabbar Maha Pemaksa
10. al-Mutakabbir Maha Besar
11. al-Khaliq Maha Pencipta
12. al-Mushawwir Maha Pembentuk
13. al-Ghaffar Maha Pengampun
14. al-Qahir Maha Keras
15. al-Wahhab Maha Pemberi
16. ar-Razzaq Maha Penganugerah
17. al-Fattah Maha Pembuka
18. al-Alim Maha Mengetahui
19. al-Qabidh Maha Memegang
20. al-Basith Maha Menghamparkan
21. al-Khafidh Maha Memudahkan
22. ar-Rafi’ Maha Mengangkat
23. al-Mu’iz Maha Memuliakan
24. al-Muzil Maha Merendahkan
25. as-Sami’ Maha Mendengar
26. al-Bashir Maha Melihat
27. al-Hakam Maha Bijaksana
28. al-Adlu Maha Adil
29. al-Latif Maha Halus
30. al-Khabir Maha Selidik
31. al-Halim Maha Penyantun
32. al-Azhim Maha Agung
33. al-Ghafur Maha Pengampun
34. as-Syakur Maha Mensyukuri
35. al-Aliyya Maha Tinggi
36. al-Kabir Maha Besar
37. al-Hafizh Maha Melindungi
38. al-Muqith Maha Menentukan
39. al-Hasib Maha Memperhitungkan
40. al-Jalil Maha Utama
41. al-Karim Maha Mulia
42. al-Raqib Maha Pengawas
43. al-Mujib Maha Memperkenankan
44. al-Wasi’ Maha Luas
45. al-Hakim Maha Bijaksana
46. al-Wadud Maha Cinta
47. al-Majid Maha Jaya
48. al-Ba’its Maha Pembangkit
49. as-Syahid Maha Menyaksikan
50. al-Haq Maha Hak
51. al-Wakil Maha Mengatasi
52. al-Qawiyyu Maha Kuat
53. al-Matin Maha Teguh
54. al-Waliyyu Maha Setia
55. al-Hamid Maha Terpuji
56. al-Muhshi Maha Menghitung
57. al-Mubdi’u Maha Memulai
58. al-Mu’id Maha Mengembalikan
59. al-Muhyi Maha Menghidupkan
60. al-Mumit Maha Mematikan
61. al-Hayyu Maha Hidup
62. al-Qayyim Maha Tegak
63. al-Wajid Maha Mengadakan
64. al-Maajid Maha Mulia
65. al-Wahid Maha Esa
66. al-Ahad Maha Esa
67. as-Shamad Maha Pergantungan
68. al-Qadir Maha Kuasa
69. al-Muqtadir Maha Pemberi Kuasa
70. al-Muqaddim Maha Mendahulukan
71. al-Muakhir Maha Mengakhirkan
72. al-Awwal Maha Permulaan
73. al-Akhir Maha Kemudian
74. az-Zhahir Maha Zhahir
75. al-Bathin Maha Bathin
76. al-Wali Maha Melindungi
77. al-Muta’alli Maha Meninggikan
78. al-Barr Maha Penyantun
79. at-Tawwabu Maha Penerima Tobat
80. al-Muna’am Maha Pemberi ni’mat
81. al-Muntiqam Maha Pembela
82. al-Afuwwu Maha Pemaaf
83. ar-Ra’uf Maha Belas Kasih
84. Malikul-Muluk Maha Raja di raja
85. Zul Jalali Wal Ikram Maha Luhur dan Mulia
86. al-Muqsith Maha Menimbang
87. al-Jami’ Maha Mengumpulkan
88. al-Ghani Maha Kaya
89. al-Mughni Maha Mengkayakan
90. al-Mani Maha Menghalangi
91. ad-Dharr Maha Memudharatkan
92. an-Nafi’ Maha Pemaaf
93. an-Nur Maha Cahaya
94. al-Hadi Maha Menunjuki
95. al-Badi Maha Pencipta yg baru
96. al-Baqi Maha Kekal
97. al-Warits Maha Pewaris
98. ar-Rasyid Maha Cendikiawan
99. as-Shabur Maha Penyabar
NAMA-NAMA TAMBAHAN DAN URUTAN ASMA-UL-HUSNA MENURUT VERSI IBNU MAJAH DARI AL-ARAJ :
1. al-Bari’ Maha Pemelihara
2. al-Rasyid Maha Cendikiawan
3. al-Burhan Maha Pembukti
4. as-Syadid Maha Keras
5. al-Waqi Maha Pemelihara
6. al-Qaim Maha Berdidi
7. al-Hafiz Maha Menjaga
8. an-Nazhir Maha Melihat
9. as-Sami’ Maha Mendengar
10. al-Mu’thi Maha Pemberi
11. al-Abad Maha Abadi
12. al-Munir Maha Menerangi
13. at-Taam Maha Sempurna
14. al-Qadim Maha Kekal
15. al-Witru Maha Esa
NAMA-NAMA TAMBAHAN DAN URUTAN ASMA-UL-HUSNA MENURUT VERSI THABRANI :
1. ar-Raab Maha Memelihara
2. al-Ilah ilahi
3. al-Hanan Maha Kasih
4. al-Manan Maha Pemberi Anugerah
5. al-Bari’ Maha Menjadikan
6. al-Qaimul Fard Maha Berdiri Sendiri
7. al-Qadir Maha Menentukan
8. al-Farad Maha Sendiri
9. al-Mughits Maha Membantu
10. ad-Da’im Maha Kekal
11. al-Hamid Maha Terpuji
12. al-Jamil Maha Indah
13. as-Shadiq Maha Benar
14. al-Muwalli Maha Memimpin
15. an-Nashir Maha Penolong
16. al-Qadim Maha Dahulu
17. al-Witru Maha Esa
18. al-Fathir Maha Pencipta
19. al-Allam Maha Mengetahui
20. al-Malik Maha Raja
21. al-Ikram Maha Mulia
22. al-Mudabbir Maha Mengatur
23. al-Maalik Maha Memiliki
24. as-Syakur Maha Mensyukuri
25. ar-Rafi’ Maha Tinggi
26. Zul Thawil Maha Mempunyai Kekuasaan
27. Zul Ma’arij Maha Mempunyai Jenjang/ tahapan
28. Zul Fadhlil Khalaq Maha Mempunyai Kelebihan Makhluk
29. al-Mun’im Maha Pemberi Nikmat
30. al-Mutafadhal Maha Utama
31. as-Sari’ Maha Cepat

Arti hadist

                                        Arti Hadist



Para muhadditsin berbeda pendapat di dalam mendefinisikan al-hadits. Hal itu krn terpengaruh oleh terbatas dan luasnya objek peninjauan mereka masing-masing. Dari perbedaan sifat peninjauan mereka itu lahirlah dua macam pengertian tentang hadis yaitu pengertian yg terbatas di satu pihak dan pengertian yg luas di pihak lain.
Ta’rif Hadis yg Terbatas Dalam pengertian yg terbatas mayoritas ahli hadis berpendapat sebagai berikut. Al-hadits ialah sesuatu yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. yaitu berupa perkataan perbuatan pernyataan dan yg sebagainya.
Definisi ini mengandung empat macam unsur perkataan perbuatan pernyataan dan sifat-sifat atau keadaan-keadaan Nabi Muhammad saw. yg lain yg semuanya hanya disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. saja tidak termasuk hal-hal yg disandarkan kepada sahabat dan tidak pula kepada tabi’in.
Pemberitaan tentang empat unsur tersebut yg disandarkan kepada Nabi Muhammad saw. disebut berita yg marfu’ yg disandarkan kepada para sahabat disebut berita mauquf dan yg disandarkan kepada tabi’in disebut maqthu’.
1. Perkataan Yang dimaksud dgn perkataan Nabi Muhammad saw. ialah perkataan yg pernah beliau ucapkan dalam berbagai bidang syariat akidah akhlak pendidikan dan sebagainya. Contoh perkataan beliau yg mengandung hukum syariat seperti berikut. Nabi Muhammad saw. bersabda Hanya amal-amal perbuatan itu dgn niat dan hanya bagi tiap orang itu memperoleh apa yg ia niatkan .. . Hukum yg terkandung dalam sabda Nabi tersebut ialah kewajiban niat dalam seala amal perbuatan utk mendapatkan pengakuan sah dari syara’.
2. Perbuatan Perbuatan Nabi Muhammad saw. merupakan penjelasan praktis dari peraturan-peraturan yg belum jelas cara pelaksanaannya. Misalnya cara cara bersalat dan cara menghadap kiblat dalam salat sunah di atas kendaraan yg sedang berjalan telah dipraktikkan oleh Nabi dgn perbuatannya di hadapan para sahabat. Perbuatan beliau tentang hal itu kita ketahui berdasarkan berita dari sahabat Jabir r.a. katanya Konon Rasulullah saw.
bersalat di atas kendaraan menurut kendaraan itu menghadap. Apabila beliau hendak salat fardu beliau turun sebentar terus menghadap kiblat. .
Tetapi tidak semua perbuatan Nabi saw. itu merupakan syariat yg harus dilaksanakan oleh semua umatnya. Ada perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya spesifik utk dirinya bukan utk ditaati oleh umatnya. Hal itu krn adanya suatu dalil yg menunjukkan bahwa perbuatan itu memang hanya spesifik utk Nabi saw. Adapun perbuatan-perbuatan Nabi saw. yg hanya khusus utk dirinya atau tidak termasuk syariat yg harus ditaati antara lain ialah sebagai berikut.
a. Rasulullah saw. diperbolehkan menikahi perempuan lbh dari empat orang dan menikahi perempuan tanpa mahar. Sebagai dalil adanya dispensasi menikahi perempuan tanpa mahar ialah firman Allah sebagai berikut.
.. dan Kami halalkan seorang wanita mukminah menyerahkan dirinya kepada Nabi bila Nabi menghendaki menikahinya sebagai suatu kelonggaran utk engkau bukan utk kaum beriman umumnya.
.
b. Sebagian tindakan Rasulullah saw. yg berdasarkan suatu kebijaksanaan semata-mata yg bertalian

Gmbr kisah Zulaikh&Nabi Nuh

BAHTERA NABI ISA

TAMAN SURGA

arti kurban

Menyembelih “Kebinatangan” Manusia

Hari ini, 27 November 2009, umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idul Adha 1430 H.  Setelah Shalat Id, dilanjutkan dengan proses penyembelihan hewan qurban. Setelah kita mengetahui tips  memilih dan cara menyembelih hewan qurban, ada baiknya kita merenungkan sejenak  arti dan makna qurban. Sekedar refleksi singkat, berikut ini opini Saya tentang Arti dan Makna Qurban –dengan menyembelih binatang hewan qurban– sebagai ihtiar untuk menyembelih dan membunuh perilaku kebinatangan manusia [maaf, jangan tertipu dengan judul posting ini].
Kisah simbolis Nabi Ibrahim AS menyembelih puteranya Nabi Ismail AS merupakan negasi kemanusiaan yang paling hakiki. Negasi kemanusiaan yang saya maksudkan adalah ketidakmungkinan dalam nalar apapun manusia untuk menyembelih sesama manusia atas alasan apapun. Sifat simbolis dari kisah ini menemukan makna hakikinya sebagai totalitas ketakwaan dan kepasrahan total Ibrahim AS kepada Allah SWT (sehingga ihlas “mengorbankan” Ismail AS, puteranya). Bahwa Allah SWT kemudian, dengan Kuasa-Nya, serta merta dan segera “mengganti” Ismail AS dengan Seekor Domba, melengkapi kisah yang menjadi awal pengambilan istinbat hukum disyariatkannya Ibadah Qurban dengan menyembelih hewan Qurban seperti Sapi dan Kambing dan atau Unta
Hewan Qurban seperti Kambing dan Sapi atau Unta (seperti dikisahkan dalam Al Quran} adalah representasi makhluk Allah SWT yang memiliki kedekatan ciri khas sedekat-dekatnya dengan kita semua, makhluk manusia, dalam sifat dan perilaku dasar seperti makan, minum, tidur, memiliki hawa nafsu, “bekerja” dan mengembangkan keturunan beranakpinak. Kedekatan maknawi semacam ini bisa menjadi pembeda yang sangat jelas  antara manusia dan hewan atau binatang.
Namun, kedekatan maknawi tersebut juga bisa menghadirkan parameter-parameter kesamaan yang jelas pula antara manusia dan binatang. Bahwa adagium manusia adalah binatang yang berakal merupakan parameter yang kepadanya persamaan dan perbedaan itu menjadi melekat kuat pada diri manusia. Ada saat manusia itu seperti binatang. Sama persis dengan binatang. Bahkan lebih hina dari binatang. Ayat Al Qur’an berikut ini sangat jelas dalam menggambarkannya:
“Dan demi, sungguh Kami telah ciptakan untuk Jahannam banyak dari jin dan manusia; mereka mempunyai hati,  tetapi tidak mereka gunakan untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak mereka gunakan untuk melihat dan mereka mempinyai telinga (tetapi) tidak mereka mendengar. Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raaf, 179)
Hati, Mata dan Telinga orang-orang yang memilih kesesatan dipersmakan dengan binatang karena binatang tidak dapat menganalogikan apa yang ia dengar dan lihat dengan sesuatu yang lain. Binatang memang tidak memiliki akal seperti manusia. Bahkan manusia yang tidak menggunakan potensi yang dianugerahkan Allah, lebih buruk, sebab binatang dengan instinknya akan selalu mencari kebaikan dan menghindari bahaya, sementara manusia durhaka justeru menolak kebaikan dan kebenaran dan mengarah pada bahaya yang tiada taranya.
Setelah kematiannya, manusia mengalami kekal di api neraka. Berbeda dengan binatang yang mati dan punah dengan sendirinya. Di sisi lain, binatang tidak dianugerahi potensi sebanyak potensi yang dipunyai manusia, sehingga binatang tidak wajar dikecam bila tidak mencapai apa yang tidak dapat dicapai manusia. Sebaliknya, manusia pantas dikecam apa bila sama dengan binatang dan dikecam lebih banyak lagi jika ia lebih buruk daripada binatang, karena potensi manusia sebenarnya dapat mengantarkannya meraih ketinggian jauh melebihi binatang [lihat Tafsir Al Misbah, karya M. Quraish Shihab, halaman 313-314].
Praktik Qurban dengan menyembelih hewan qurban mengisyaratkan secara simbolis agar kita mampu meminimalisir sifat-sifat dan perilaku hewani pada diri kita. Pada saat yang sama, ia merefleksikan tingkat ketakwaan si pemberi qurban. Harusnya demikian adanya. Qurban yang dilakukan setiap tahun oleh seorang muslim tetapi tidak memberikan efek meningkatnya ketakwaan patut dipertanyakan tentunya. Ini juga merupakan kekeliruan dalam memahami qurban hanya sebatas menyembelih dan mendistribusikan daging mentah.
“Daging (hewan qurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu…… (Qs. Al-Hajj: 37). Jadi kata kunci dalam Ibadah Qurban adalah takwa dan meningkatnya ketakwaan seseorang. Sementara menyembelih hewan dan dan mendistribusikan daging hewan qurban merupakan simbol yang bisa bernilai ibadah sosial (sedekah) yang tak tergantikan dengan uang.
Demikian opini singkat artikel enyambut Idul Adha. Mari melalui momentum Idul Adha ini, kita berihtiar untuk  “menyembelih” sifat-sifat kebinatangan yang melekat pada diri kita untuk meningkatkan ketakwaan kita semua.

hari raya idul fitri

Makna Idul Fitri/Adha

eidfitrOleh : Al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat Pada setiap kali menjelang Idul Fithri seperti sekarang ini (Ramadhan 1412H) atau tepat pada hari rayanya, seringkali kita mendengar dari para Khatib (penceramah/muballigh) di mimbar menerangkan, bahwa Idul Fithri itu maknanya -menurut persangkaan mereka- ialah “Kembali kepada Fitrah”, Yakni : Kita kembali kepada fitrah kita semula (suci) disebabkan telah terhapusnya dosa-dosa kita. Penjelasan mereka di atas, adalah batil baik ditinjau dari jurusan lughoh/bahasa ataupun Syara’/Agama. Kesalahan mana dapat kami maklumi -meskipun umat tertipu- karena memang para khatib tersebut (tidak semuanya) tidak punya bagian sama sekali dalam bahasan-bahasan ilmiyah. Oleh karena itu wajiblah bagi kami untuk menjelaskan yang haq dan yang haq itulah yang wajib dituruti Insya Allahu Ta’ala.
Kami berkata :
Pertama :
“Adapun kesalahan mereka menurut lughoh/bahasa, ialah bahwa lafadz
Fithru/ Ifthaar” artinya menurut bahasa : Berbuka (yakni berbuka puasa
jika terkait dengan puasa). Jadi Idul Fithri artinya “Hari Raya berbuka
Puasa”. Yakni kita kembali berbuka (tidak puasa lagi) setelah selama
sebulan kita berpuasa. Sedangkan “Fitrah” tulisannya sebagai berikut
[Fa-Tha-Ra-] dan [Ta marbuthoh] bukan [Fa-Tha-Ra]“.
Kedua :
“Adapun kesalahan mereka menurut Syara’ telah datang hadits yang
menerangkan bahwa “Idul Fithri” itu ialah “Hari Raya Kita Kembali
Berbuka Puasa”.
“Dari Abi Hurairah (ia berkata) : Bahwasanya Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda. “Shaum/puasa itu ialah pada hari kamu
berpuasa, dan (Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka. Dan
(Idul) Adlha (yakni hari raya menyembelih hewan-hewan kurban) itu ialah
pada hari kamu menyembelih hewan”.
[Hadits Shahih. Dikeluarkan oleh Imam-imam : Tirmidzi No. 693, Abu
Dawud No. 2324, Ibnu Majah No. 1660, Ad-Daruquthni 2/163-164 dan
Baihaqy 4/252 dengan beberapa jalan dari Abi Hurarirah sebagaimana
telah saya terangkan semua sanadnya di kitab saya "Riyadlul Jannah" No.
721. Dan lafadz ini dari riwayat Imam Tirmidzi]
Dan dalam salah satu lafadz Imam Daruquthni :
“Puasa kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berpuasa, dan (Idul) Fithri kamu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka”.
Dan dalam lafadz Imam Ibnu Majah :
“(Idul) Fithri itu ialah pada hari kamu berbuka, dan (Idul) Adlha pada hari kamu menyembelih hewan”.
Dan dalam lafadz Imam Abu Dawud:
“Dan (Idul) Fithri kamu itu ialah pada hari kamu (semuanya) berbuka,
sedangkan (Idul) Adlha ialah pada hari kamu (semuanya) menyembelih
hewan”.
Hadits di atas dengan beberapa lafadznya tegas-tegas menyatakan
bahwa Idul Fithri ialah hari raya kita kembali berbuka puasa (tidak
berpuasa lagi setelah selama sebulan berpuasa). Oleh karena itu
disunatkan makan terlebih dahulu pada pagi harinya, sebelum kita pergi
ke tanah lapang untuk mendirikan shalat I’ed. Supaya umat mengetahui
bahwa Ramadhan telah selesai dan hari ini adalah hari kita berbuka
bersama-sama. Itulah arti Idul Fithri artinya ! Demikian pemahaman dan
keterangan ahli-ahli ilmu dan tidak ada khilaf diantara mereka.
Bukan artinya bukan “kembali kepada fithrah”, karena kalau demikian
niscaya terjemahan hadits menjadi : “Al-Fithru/suci itu ialah pada hari
kamu bersuci”. Tidak ada yang menterjemahkan dan memahami demikian
kecuali orang-orang yang benar-benar jahil tentang dalil-dalil Sunnah
dan lughoh/bahasa.
Adapun makna sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa puasa
itu ialah pada hari kamu semuanya berpuasa, demikian juga Idul Fithri
dan Adlha, maksudnya : Waktu puasa kamu, Idul Fithri dan Idul Adha
bersama-sama kaum muslimin (berjama’ah), tidak sendiri-sendiri atau
berkelompok-kelompok sehingga berpecah belah sesama kaum muslimin
seperti kejadian pada tahun ini (1412H/1992M).
Imam Tirmidzi mengatakan -dalam menafsirkan sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam di atas- sebagian ahli ilmu telah menafsirkan hadits
ini yang maknanya :
“Bahwa shaum/puasa dan (Idul) Fithri itu bersama jama’ah dan bersama-sama orang banyak”.
Semoga kaum muslimin kembali bersatu menjadi satu shaf yang kuat berjalan di atas manhaj dan aqidah Salafush Shalih. Amin![1]

Jumat, 19 November 2010

asma ALLAH SWT

Dengan diawali menyebut nama-nama Allah Swt. tersebut, diharapkan menunjukan keseriusan dan kecintaan kepada Allah Swt. yang akan menjadi penyebab cepat terkabulnya do’a yang kita panjatkan.

Banyak buku dan sumber-sumber lain yang menyebutkan bahwa dengan menyebut asmaul husna dalam bilangan tertentu, memiliki khasiat tertentu pula.

Ar-Rahman, yang artinya kasih sayang kepada makhluk-Nya di dunia. Dengan membaca asmaul husna ini sebanyak 100 kali dalam setiap selesai melaksanakan sholat, maka ia akan terjaga dari sifat lupa.

Ar-Rahiim, yang artinya kasih sayang kepada orang-orang mukmin. Dengan membacanya sebanyak 100 kali setiap hari, maka hatinya akan selalu memiliki rasa kasih dan saya kepada sesama makhluk Allah SWT.

Al-Maliku, yang berarti pemilik kerajaan. Apabila Anda membaca setiap hari sebanyak 121 kali, terutama pada saat fajar menyingsing, akan dibukakan pintu-pintu rejeki.

Al-Quduus, yang berarti Yang Maha Suci. Dengan membaca 100 kali saat matahari terbenam, maka akan dibersihkan hatinya. Sedangkan dengan membaca 1000 kali, niscaya akan dihindarkan dari bala.

As-Salam, yang artinya sejahtera, dipercaya memiliki khasiat menyembuhkan penyakit apabila dibacakan sebanyak 121 atau 136 kepada si sakit.

Al-Mu’min, yang berarti mengimamkan hamba-Nya. Dengan membaca sebanyak 136 kali, akan diberi rasa aman dari segala macam ketakutan. Orang-orang beriman membaca asma ini akan ditambah rasa imannya.

Al-Muhaiminu, yang berarti sangat mencintai dan memelihara. Apabila Anda membacanya sebanyak 100 kali dan dilakukan setelah sholat sunat 2 rakat, akan dibersihkan lahir dan batinnya.

Al-Jabbar, yang artinya sangat gagah. Dengan membaca sebanyak 206 atau 226 setiap pagi dan petang, maka Allah SWT akan menjamin yang membaca asma ini akan terhindari dari perbuatan dzalim dan didzalimi.

Al-Mutakabbir, yang artinya Yang Maha Besar. Perbanyaklah membaca asma ini jika berhadapan dengan orang-orang yang takabur. Setiap hari membaca 662 kali, maka Anda akan terhindari dari pengaruh orang takabur.

Al-Khaaliq berarti Yang Menciptakan. Dengan membaca 731 kali pada saat tengah malam, ia akan diterangkan hatinya.

Al-Baariu, yang menerbitkan makhluk. Bacalah 100 kali asma ini, ia akan terhindar dari kebinasaan dan apabila dibaca selama 7 hari berturut-turut setiap malam 100 kali asma ini, kesembuhan akan datang.

Al-Mushawwiru, artinya yang merupakan makhluk. Al-Ghaffaar, yang sangat mengampuni. Al-Qahhar, yang Sangat Kerasa. Al-Wahhabu, Yang Sangat Memberi, dan Ar-Razzaq, yang berarti Pemberi Rejeki. Perbanyaklah membaca asma ini. Jika Anda sedang memiliki hajat tertentu, bacalah 17 kali asma ini.

Al-Fattah berarti Yang Membuka Rahmat, Al-Alimu artinya Yang Maha Mengetahui, Al-Qaabidhu artinya Yang Menggenggam, Al-Baasithu artinya Maha Malapangkan, dan Al-Khaafidhu artinya Yang Menurunkan. Dengan membaca asma terakhir ini sebanyak 500 kali dalam keadaan berwudlu, maka ia akan dikabulkan segala hajatnya.

Nabi Adam as

Setelah Allah s.w.t.menciptakan bumi dengan gunung-gunungnya, laut-lautannya dan tumbuh - tumbuhannya, menciptakan langit dengan mataharinya,bulan dan bintang- bintangnya yang bergemerlapan menciptakan malaikat-malaikatnya ialah sejenis makhluk halus yangdiciptakan untuk beribadah menjadi perantara antara Zat Yang Maha Kuasa dengan hamba-hamba terutama para rasul dan nabinya maka tibalah kehendak Allah s.w.t. untuk menciptakan sejenis makhluk lain yang akan menghuni dan mengisi bumi memeliharanya menikmati tumbuh-tumbuhannya,mengelola kekayaan yang terpendam di dalamnya dan berkembang biak turun-temurun waris-mewarisi sepanjang masa yang telah ditakdirkan baginya.
Kekhawatiran Para Malaikat.
Para malaikat ketika diberitahukan oleh Allah s.w.t. akan kehendak-Nya menciptakan makhluk lain itu, mereka khuatir kalau-kalau kehendak Allah menciptakan makhluk yang lain itu,disebabkan kecuaian atau kelalaian mereka dalam ibadah dan menjalankan tugas atau karena pelanggaran yang mereka lakukan tanpa disadari. Berkata mereka kepada Allah s.w.t.:"Wahai Tuhan kami!Buat apa Tuhan menciptakan makhluk lain selain kami,padahal kami selalu bertasbih,bertahmid,melakukan ibadah dan mengagungkan nama-Mu tanpa henti-hentinya,sedang makhluk yang Tuhan akan ciptakan dan turunkan ke bumi itu,nescaya akan bertengkar satu dengan lain,akan saling bunuh-membunuh berebutan menguasai kekayaan alam yang terlihat diatasnya dan terpendam di dalamnya,sehingga akan terjadilah kerusakan dan kehancuran di atas bumi yang Tuhan ciptakan itu."
Allah berfirman,menghilangkan kekhuatiran para malaikat itu:
"Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui dan Aku sendirilah yang mengetahui hikmat penguasaan Bani Adam atas bumi-Ku.Bila Aku telah menciptakannya dan meniupkan roh kepada nya,bersujudlah kamu di hadapan makhluk baru itu sebagai penghormatan dan bukan sebagai sujud ibadah,karena Allah s.w.t. melarang hamba-Nya beribadah kepada sesama makhluk-Nya."
Kemudian diciptakanlah Adam oleh Allah s.w.t.dari segumpal tanah liat,kering dan lumpur hitam yang berbentuk.Setelah disempurnakan bentuknya ditiupkanlah roh ciptaan Tuhan ke dalamnya dan berdirilah ia tegak menjadi manusia yang sempurna
Iblis Membangkang.
Iblis membangkang dan enggan mematuhi perintah Allah seperti para malaikat yang lain,yang segera bersujud di hadapan Adam sebagai penghormatan bagi makhluk Allah yang akan diberi amanat menguasai bumi dengan segala apa yang hidup dan tumbuh di atasnya serta yang terpendam di dalamnya.Iblis merasa dirinya lebih mulia,lebih utama dan lebih agung dari Adam,karena ia diciptakan dari unsur api,sedang Adam dari tanah dan lumpur.Kebanggaannya dengan asal usulnya menjadikan ia sombong dan merasa

pintu - pintu masuk syetan

Tidak diragukan lagi, bahwa pintu-pintu masuk setan banyak dan beraneka ragam. Setan menyusupkan bisikan jahatnya kepada setiap manusia, sesuai dengan keadaan dan tabiatnya. Terkadang dia memerintahkan kejelekan dan perbuatan keji, sebagaimana Firman Allah SWT"Sesungguhnya syaithan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan tentang Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS.al-Baqarah:169)Dan terkadang menakut-nakuti...